Selasa, 10 April 2012

Anda Mhs, Saya Juga Mhs, Tapi Kenapa Harus Berselisih ttg Aksi Mhs?

Satu hal yang membuat saya merasa sangat kecewa dengan sikap saudara sesama mahasiswa yang memberi statement negatif terhadap tindakan saudaranya. Mengapa tidak, disaat para aktivis kampus rela mengucurkan keringatnya demi ikut menyampaikan aspirasi rakyat Indonesia, di sisi lain banyak oknum yang mencerca tindakan tersebut. Sadarkah kalian wahai kawan, siapa yang kalian cerca tersebut? Mereka adalah rakyat, mereka dengan tulus tanpa pamrih meluncur turun ke Jalan demi bisa mengingatkan atasan. Mereka bukanlah musuh kalian, mereka adalah saudara kalian yang seharusnya satu visi dan satu tujuan. Sadarkah kalian, mereka yang kalian hina itu bukanlah para koruptor yang memakan uang rakyat. Mereka juga bukan para elit yang hanya mau duduk di ruang ber-AC. Mereka adalah saudara seperjuangan kita yang senasib dengan kita. Sama-sama merasakan panas, dan menjadi korban para elit politik.
Bahkan banyak yang mengatakan, aksi tidak akan membawa efek apapun. Dan apakah mereka yang berkata seperti itu sudah bisa menyampaikan aspirasi Rakyat Indonesia dengan cara yang elegan. Apakah benar mereka sudah bisa berdiplomasi dengan pemerintah, kemudian semua usulan mereka direalisasikan? Ketahuilah kawan, Kami melakukan aksi bukan berarti tidak dibarengi dengan diplomasi. Aksi adalah cara terakhir yang dilakukan ketika para elit politik pemilik kebijakan sudah tidak bisa lagi dinego dengan cara diplomasi.
Berkaitan dengan aksi yang sering dimunculkan sebagai kerusuhan di negeri ini, itu hanyalah perbuatan para oknum tertentu yang sengaja ingin melakukan keos. Motifnya beragam, salah satunya adalah untuk mengadu domba kita semua. Aksi yang  baik itu pastilah tertib dan teroganisir. Tidak ada muatan unsur anarkis apalagi sampai penjarahan seperti yang sering media sampaikan. Jika hal itu sampai terjadi, itu bukanlah tindakan yang dilakukan oleh para kaum intelek. Saya dapat mengatakan seperti itu, karena saya sudah pernah mengkoordinir aksi mahasiswa yang bersih dan tertib. Saya juga sangat anti dengan segala bentuk anarkisme dalam aksi.
Saya tertarik dengan tulisan yang mengatakan seorang tukang sapu jalanan protes terhadap demonstran. Perlu kawan-kawan ketahui, ketika seorang melakukan aksi memang harus dibarengi dengan tindakan yang mereka ucapkan. Bahkan kami pun membawa plastik sampah sendiri untuk membersihkan botol-botol minuman yang kami bawa.
Jadi sadarilah, bahwa aksi turun ke jalan itu bukan semata-mata untuk melakukan kerusuhan. Aksi yang baik adalah aksi yang teroganisir dan tertib. Dan bagi kalian yang lebih senang memilih Zona Nyaman, janganlah suka mencerca tindakan mahasiswa yang berani untuk mengambil tindakan tegas. Rakyat pun bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sampai kalian juga mengatasnamakan rakyat ketakutan akibat aksi mahasiswa, jika kalian sendirilah yang takut untuk bergerak. Take Action itu bukan hanya duduk di ruang ber-AC atau di dalam Lab saja. Tapi Take action itu jika kita berani mengambil langkah semuanya, baik Riset, Enterpreneur, dan Social Control.

Ungkapan Kekesalan dan Kekecewaan

Entah kenapa aq sendiri juga tidak tahu menahu. Dari judul tulisan ini sudah sangat jelas bahwa kondisi diriku sedang tidak jelas. Entah karena hal-hal yang terjadi kemarin2 sehingga cukup mengganggu pikiranku, ataukah karena hal yang baru saja terjadi akhir-akhir ini. Yang pasti aq sedang mengalami masa-masa kritis dari semua permasalahan dalam hidupku yang membuat aq harus berpikir ulang tentang langkahku ke depan. Tapi aku sendiri heran kenapa ya hal-hal kecil yang menjadi kerikil dalam perjalananku ini terasa semakin besar? Apakah karena kurang ada rasa syukur dalam hati?
Berawal dari impian besar yang aq patrikan dalam hatiku, kemudian disusul dengan langkah kecil yang bisa aku lakukan. Sedikit demi sedikit telah menyulut api semangat dalam gerak langkahku. Tapi secara perlahan itu pula, api semangat itu mulai menyurut bersamaan dengan kegagalan-kegagalan pahit yang aku terima. Awalnya aku masih tetap optimis meskipun kegagalan muncul sesekali, aku anggap ini adalah awal permulaan. Tapi tanpa kusadari, kegagalan itu telah menjadi benalu dalam optimisme yang aku tanamkan dalam benakku. Seorang motivator sekalipun tidak akan mampu menyelesaikan masalah yang aku hadapi ini dengan kalimat-kalimatnya yang membara. Karena ini bukan lagi bermain dengan logika rasional, tapi lebih kepada dilema hati yang menghujam semakin dalam. Semangat itu mulai pudar, terkikis sedikit demi sedikit. Aku hanya butuh cahaya kecil yang dapat aku jadikan sebagai penyulut semangatku kembali. Aku tidak butuh orang yang berteori untuk kehidupannya, atau sekedar mengancamku atas kelemahan imanku jika aku tidak mengikutinya. Ancaman-ancaman seperti itu justru akan semakin membuatku berontak.
Aku telah kehilangan, ya aku telah kehilangan mereka yang dulu memberikan impian besar melalui pemikirannya yang katanya luar biasa. Tapi sekarang telah musnah dimakan kemunafikan, dan keegoisan dalam cara berpikir mereka. Aku memang hanya seorang pembelajar pengalaman, hanya seorang pemimpi besar, tapi aku telah kehilangan tali kekang yang kujadikan pacuan. Sehingga hal ini membuatku sulit untuk mempercayai siapapun. Sungguh siapapun telah menjadi daftar blacklistku ketika mereka berusaha menjanjikan hal menarik dengan imbalan aku harus menjadi patuh kepadanya.
Aku yang dulu sangat terbuka, dan mau menerima kelemahan orang lain. Serta sering dijadikan sebagai sandaran kawan, sekarang menjadi seorang sensitif yang mudah illfeel dengan sikap orang. Sangat menyedihkan kurasa. Mulai dari teman sekamar kosan yang hidup dalam dunianya sendiri. Sampai pembina yang penuh dengan tuntutan tanpa sedikitpun solusi yang ditawarkan saat binaannya mengalami kendala. Ditambah lagi anak-anak kosan yang setiap hari membuat diriku kurang bisa berkonsentrasi. Masih ada lagi tuntutan luar yang memandang semua langkahku ini telah keluar dari batas-batas aturan kelompoknya. Memang apa yang telah kulakukan? Dimana kalian saat aku membutuhkan sedikit perhatian untuk sekedar melepas rasa lelah, atau kecewa atas sistem yang bertentangan dengan pemikiranku? Yang mereka tahu adalah aku harus patuh dengan segala aturan, tanpa mempertimbangkan apakah aku setuju atau tidak.
Kemudian disusul dengan serentetan kegagalan dari semua apply yang aku ajukan. Itu hanya hal kecil. Bagaimana dengan kegagalan semua proyek yang telah kurancang untuk pengabdian, kemudian gagal. Itulah yang paling menyakitkan. Aku merasa diriku ini tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya seorang lemah yang berdaya bergerak. Seburuk itukah diriku?
Semua terasa hampa, saat aq dihempaskan dari organisasi yang pertama kali aku sayangi. Kemudian hanya karena kepentingan segelintir orang, aku dijadikan sebagai tumbal pertarungan politik. Rezim-rezim itu sangat jelas dihadapanku. Sehingga itu yang membuatku apatis dengan kepentingan kalian. Sedikitkah mereka berfikir di saat aku terjatuh itu? Bahkan tak ada seorangpun ingat denganku kan? Tapi ketika kalian yang berkepentingan, barulah muncul satu persatu. Mohon maaf sekarang saya sudah menjadi apatis terhadap kepentingan kalian.
Saya lebih nyaman dengan dunia saya sendiri seperti ini. Tidak ada lagi tuntutan rodi yang membuat aku hanya seperti boneka. Dan untuk kalian para Rezim yang telah menjadikan aku korban politik kalian, kalian harus tahu, aku bukanlah hasil Rekomendasi.
Tapi aku sadar dari semua hal yang telah aku ungkapkan di atas, akan menjadi sia-sia dan tak berguna jika hanya ku sampaikan pada Manusia. Aku punya Allah yang pasti selalu mendengarkanku, baik saat senang maupun saat galau seperti ini. Dialah Dzat yang selama ini lebih memahami keinginan manusia, Dialah Dzat yang lebih berhak menuntut diriku atas kewajiban yang seharusnya aku lakukan. Karena Dialah yang telah memberiku kehidupan. Bukan mereka yang merasa diri paling sempurna.
Dan tulisan ini hanya menjadi sarana ku untuk meluapkan segala kekesalan dan kekecewaanku, karena blog ini hanya benda mati yang setia menerima segala bentuk ungkapan dalam tulisanku. Paling tidak dia tidak pernah memberikan tuntutan bermacam kepadaku. Hingga seharian ini aku dipenuhi dengan muka kesal dan malas hanya untuk sekedar menyapa orang lain. Aku berharap hari ini adalah puncak kritis kondisiku yang sedang kacau. Kemudian esok aku ingin bertemu dengan anti klimaks kekesalan dan kekecewaan yang aku hadapi. Aku ingin membuang semuanya, dan kembali tersenyum penuh dengan semangat baru, serta impian baru. Biarlah mereka yang menjadi objek kekecewaanku ini tak menyadari hingga Allah yang menyadarkan mereka. Amiiinnnnn (Sembuh Please, Keep Smile Enoooo) Bismillah

Senin, 09 April 2012

Bimbang antara Komitmen Awal Atau Ikhlaskan saja

"Jika itu memang keputusanmu, saya hanya ingin mengingatkan komitmen yang telah kau sampaikan di awal pertemuan."
Mungkin statement terakhir yang tepat untuk saya sampaikan ini adalah "Tafadhol Antum deh" (antara ikhlas dan tidak ^_^). Hampir tidak tega sebenarnya jika menahannya dalam amanah ini, ketika sempat membaca tulisannya dalam sebuah blog. Mungkin ini hampir bisa dikatakan sebagai perebutan kader. Tapi istilah ini akan menjadi tidak etis ketika kita terapkan dalam amanah yang seharusnya bisa terintegrasi.
Permasalahan ini mulai mengusik pikiran saya sejak malam kemarin ketika salah seorang staff pimpinan menyatakan dirinya hendak mengundurkan diri. Alasannya karena diminta amanah lain yang lebih membutuhkannya. Kalau boleh saya counter pernyataan tersebut,Memangnya di sini tidak membutuhkanmu juga? tapi karena tidak tega, lagi-lagi karena tidak tega.
Saya teringat dengan suatu pengertian tentang Profesionalitas. Ini memang suatu organisasi yang harus mengedepankan kekeluargaan, tapi harus diingat bahwa kita juga jangan sampai mengesampingkan profesionalitas. Sering hal ini saya temukan dalam suatu organisasi yang berlandaskan ukhuwah, lantas sedikit mengesampingkan profesionalitas. Profesionalitas menurut saya tidak hanya ketika kita dituntut menjalankan tugas, atau tuntutan tepat waktu, tetapi juga prioritas yang menjadi acuan dalam menjalankan amanah. Kalau memang yang disini dari awal tidak menjadi prioritas dalam amanahmu, maka sebaiknya tak perlu kau ambil sejak awal.
Oke saya bisa memahami ketika seorang Kader Dakwah menjelaskan tentang Fikih Prioritas kepada saya. Jika kalian mengatakan ini demi kepentingan umat, lantas apakah yang kalian lakukan di sini bukan untuk kepentingan umat? Kalau memang bukan, buat apa saya selama ini menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran saya di sini? jika pengertian seperti itu yang dimaksud sebagai fikih prioritas, maka lebih baik dari dulu saya sibuk mengejar achievement saya saja. Atau lebih baik saya menggunakan pikiran, waktu, dan tenaga saya di organisasi yang berbau religius saja jika memang fikih prioritas yang kalian pegang seperti itu.
Saya juga jadi ingat dengan kasus tahun lalu, ketika beberapa staf saya sangat jarang muncul di suatu organisasi yang notabenenya umum (bukan lembaga dakwah). Lagi-lagi alasannya karena ada agenda dakwah untuk kepentingan umat. Dengan begitu saya bisa menyimpulkan, bahwa organisasi umum ini bukanlah merupakan lahan dakwah? Jadi saya memang benar-benar membuang tenaga, pikiran, serta waktu demi amanah yang tidak kalian anggap sebagai lahan dakwah? Pengertian yang menyedihkan. T_T
Kembali ke topik awal :
Oke jika itu memang sudah menjadi keputusannya, saya juga tidak bisa menghalangi atau menahan, hanya saya ingin mengingatkan dengan komitmen awal. Bahkan saya juga sudah melihat progress positive yang lumayan bagus soal gerakan mahasiswa setelah dipegangnya. Lantas kau hendak menghempaskan semangat yang baru dimulai ini di tengah jalan? Wahai kawan, Gerakan Biru itu sudah mulai Berkibar!!!
Tolong diperhatikan dengan ucapan yang kau berikan, perlu kau ketahui : Aku bukanlah seorang birokrat yang hendak membatasi langkah gerakmu, atau sekedar mempersulitmu!!!Aku hanya ingin mengingatkan tentang komitmen dan semangat awal yang kau berikan kepada seluruh Object Dakwah yaitu seluruh Mhs. Jangan sampai kau patahkan semangat mereka di tengah-tengah. Karena juga menjadi tanggungjawabku, yaitu turut dalam pencerdasan politik mhs Undip.
Terserah apa yang ingin kau lakukan selajutnya dan dimana saja. Yang penting kau siap dengan penggantimu sebagai Solusinya!!!